Rabu, 09 Januari 2013

MODEL HUBUNGAN DENSITAS DAN SALINITAS PADA KEHIDUPAN IKAN
            Model salinitas adalah penggambaran atas kadar garam yang terdapat pada air yang memungkinkan tiap daerah memiliki perbedaan model salinitasnya. Pada saat musim hujan, air tawar mengalir dari sungai ke laut sehingga salinitas muara berkurang, begitu pula sebaliknya pada musim kemarau. Di muara selalu terjadi sirkulasi yang berasal dari pergerakan air laut dan air sungai. Perairan muara dikenal dengan kesuburan airnya, hal ini adalah akibat dari unsur hara dan bahan organik yang dibawa dari sungai dan mengalami pencampuran dengan unsur hara yang berasal dari laut. Pencampuran tersebut mengakibatkan melimpahnya bahan dasar untuk keperluan fotosintesis. Dengan keadaan seperti itu, densitas ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang ditemukan dengan densitas tinggi (0,9 ikan/mł). Hal tersebut berlangsung pada kedalaman 5-15 meter, yang mana akan mengalami pola pergeseran nilai salinitas dan densitas ikan pada lapisan berikutnya yakni 15-25 meter. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa semakin dalam perairan di oseanis dan semakin tinggi nilai salinitasnya akan menyebabkan densitas ikan berkurang akibat kurang tersedianya tersedianya kelimpahan bahan makanan. Wilayah muara atau estuari adalah wilayah yang ideal dimana kelimpahan ikannya tinggi.


TINGKAH LAKU IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
TINGKAH LAKU TERHADAP LINGKUNGAN DAN NALURI BERPIJAH
Ikan sidat (Anguilla sp.) memiliki 19 jenis yang tersebar di hampir seluruh wilayah perairan di Indonesia. Salah satu jenis spesies ikan sidat yang hidup di perairan tropis adalah Anguilla marmorata. Secara biologis, ikan ini melakukan migrasi ke laut untuk melakukan pemijahan, lalu anakan ikan tersebut kembali ke perairan tawar untuk tumbuh berkembang hingga ia dewasa dan matang gonad kemudian beruaya seperti indukannya (katadromus). Selain itu, ia juga bersifat nokturnal  sehingga lebih mudah ditemukan pada malam hari. Makanan utama ikan ini adalah cacing, serangga,dan moluska. Ikan sidat betina memiliki produktivitas lebih tinggi dibanding pria. Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan. Pada saat musim memijah, mereka bermigrasi ke  laut. Pada masa ini, bentuk fisik mulai berubah karena ikan sidat tidak makan sama sekali. Terdapat 4 tahap perkembangan pada ikan sidat, yakni leptochephalus, metamorphosis, glass eel, yellow eel, dan silver eel (saat matang gonad dan kembali beruaya umtuk memijah). Ikan sidat mengalami pemijahan sepanjang tahun seesuai dengan spesiesnya. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelimpahan ikan sidat.

Sumber: yakbanizam.files.wordpress.com/2008/12/makalah-sidat-lanjutan.doc

Berikut sedikit video tentang budidaya ikan sidat :)